Monday, May 14, 2007

Memelihara Optimisme Siswa Menghadapi UN
Oleh Hj. HETI AISAH, S.Pd.

Menjelang pelaksanaan ujian nasional (UN), banyak siswa yang mulai kehabisan tenaga dan bahkan kehilangan optimisme. Meningkatkan kesiapan siswa dengan menambah beban belajar mereka, tentu bukan satu-satunya jalan yang dapat dilakukan.

Selain meningkatkan frekuensi belajar, sikap optimisme siswa pun perlu terus dipelihara. Dan, berdoa adalah satu di antara banyak cara yang dapat dilakukan untuk memelihara optimisme dan percaya diri siswa. Inilah saatnya pendidikan agama diterapkan dalam sikap dan perilaku siswa.

Bimbinglah mereka untuk memahami dan melaksanakan firman-firman Allah, "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (Q.S., Al-Mukmin: 60). "Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (Q.S., Al-Baqarah: 186).

Dalam upaya menumbuhkan optimisme dan memelihara semangat belajar, kekuatan doa seperti dijanjikan Allah dapat diterapkan pada siswa yang mungkin mengalami stres karena akan mengikuti ujian. Doa merupakan spirit, ruh atau kekuatan dalam setiap kegiatan. Siswa disadarkan bahwa ada kekuatan di luar kemampuan manusia, yaitu kekuatan doa yang disampaikan kepada Sang Khalik, dalam mengiringi setiap aktivitas kehidupan, karena sesungguhnya doa itu senjatanya orang mukmin.

Aktivitas berdoa diterapkan pada siswa, dengan harapan, siswa mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Doa akan memberi nuansa ketenangan jiwa, keuletan, keyakinan serta optimisme yang tinggi pada siswa dalam memperoleh keberhasilan yang ingin dicapainya. Yakin bahwa usaha (belajar) yang telah dilakukannya akan mendapat hasil yang memuaskan, yakin akan kasih sayang Tuhan, yakin akan keberadaan-Nya sehingga yakin pula akan pertolongan dan kekuatan Tuhan. Doa juga memberi keyakinan kepada siswa bahwa "Tuhan tidak akan mengubah suatu umat bila umatnya tidak berusaha untuk mengubahnya sendiri," dan memberi kekuatan maju terus pantang menyerah.

Aktivitas berdoa dapat dilakukan siswa setiap waktu dan di mana pun. Di sekolah, misalnya, pada saat dimulainya jam pelajaran, atau setelah melaksanakan salat zuhur. Selain itu, ada baiknya mulai diberikan pengajaran dan pembiasaan pada anak bahwa ada waktu-waktu tertentu yang baik untuk berdoa, seperti setelah salat fardu, setelah salat malam, di waktu sujud, di waktu lapang, dan ketika orang sedang melakukan saum. Dengan begitu, pada waktu yang sama, siswa juga sekaligus diajak membiasakan disiplin melaksanakan salat wajib, dan bahkan belajar melakukan salat malam serta saum sunat seperti dicontohkan Rasulullah.

Untuk memberikan argumentasi dan keyakinan pada siswa, mulailah diberi tambahan pengetahuan, khususnya tentang cara-cara melakukan doa yang baik, seperti doa yang dilakukan setelah salat wajib dan setelah salat malam adalah doa yang paling didengar Allah. Suatu ketika Rasulullah ditanya, "Wahai Rasulullah, manakah doa yang paling didengar Allah?" Rasulullah menjawab, "Doa di tengah malam dan doa setelah salat wajib” (H.R. Turmudzi). Sebab, seperti diriwayatkan Malik-Bukhari-Muslim-Turmudzi, Rasulullah pernah menjelaskan bahwa pada tiap malam, Tuhan turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Lalu Allah berfirman, "Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti akan Ku-kabulkan, dan siapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan Ku-beri, dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku pasti akan Ku-ampuni."

Bersamaan dengan mengemukakan hadis-hadis tersebut, siswa pun dibimbing untuk belajar melaksanakan saum sunat, karena Rasulullah pun mengajarkan bahwa, "Orang yang saum memiliki doa yang mustajab (terkabulkan) pada waktu berbuka (H.R. Imam Abu Daud, dari Abdullah bin Umar).

Siswa juga dibimbing untuk membiasakan diri meminta doa restu dari guru-guru serta orang tua, karena keduanya merupakan pemimpin bagi siswa itu sendiri. Inilah proses pendidikan yang sangat bermakna, bukan saja untuk membimbing sikap optimistis pada saat menghadapi beban ujian nasional, tapi juga untuk bekal menjalani kehidupan yang lebih luas.***

Penulis, guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 34 Bandung.
Memelihara Optimisme Siswa Menghadapi UN
Oleh Hj. HETI AISAH, S.Pd.

Menjelang pelaksanaan ujian nasional (UN), banyak siswa yang mulai kehabisan tenaga dan bahkan kehilangan optimisme. Meningkatkan kesiapan siswa dengan menambah beban belajar mereka, tentu bukan satu-satunya jalan yang dapat dilakukan.

Selain meningkatkan frekuensi belajar, sikap optimisme siswa pun perlu terus dipelihara. Dan, berdoa adalah satu di antara banyak cara yang dapat dilakukan untuk memelihara optimisme dan percaya diri siswa. Inilah saatnya pendidikan agama diterapkan dalam sikap dan perilaku siswa.

Bimbinglah mereka untuk memahami dan melaksanakan firman-firman Allah, "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (Q.S., Al-Mukmin: 60). "Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (Q.S., Al-Baqarah: 186).

Dalam upaya menumbuhkan optimisme dan memelihara semangat belajar, kekuatan doa seperti dijanjikan Allah dapat diterapkan pada siswa yang mungkin mengalami stres karena akan mengikuti ujian. Doa merupakan spirit, ruh atau kekuatan dalam setiap kegiatan. Siswa disadarkan bahwa ada kekuatan di luar kemampuan manusia, yaitu kekuatan doa yang disampaikan kepada Sang Khalik, dalam mengiringi setiap aktivitas kehidupan, karena sesungguhnya doa itu senjatanya orang mukmin.

Aktivitas berdoa diterapkan pada siswa, dengan harapan, siswa mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Doa akan memberi nuansa ketenangan jiwa, keuletan, keyakinan serta optimisme yang tinggi pada siswa dalam memperoleh keberhasilan yang ingin dicapainya. Yakin bahwa usaha (belajar) yang telah dilakukannya akan mendapat hasil yang memuaskan, yakin akan kasih sayang Tuhan, yakin akan keberadaan-Nya sehingga yakin pula akan pertolongan dan kekuatan Tuhan. Doa juga memberi keyakinan kepada siswa bahwa "Tuhan tidak akan mengubah suatu umat bila umatnya tidak berusaha untuk mengubahnya sendiri," dan memberi kekuatan maju terus pantang menyerah.

Aktivitas berdoa dapat dilakukan siswa setiap waktu dan di mana pun. Di sekolah, misalnya, pada saat dimulainya jam pelajaran, atau setelah melaksanakan salat zuhur. Selain itu, ada baiknya mulai diberikan pengajaran dan pembiasaan pada anak bahwa ada waktu-waktu tertentu yang baik untuk berdoa, seperti setelah salat fardu, setelah salat malam, di waktu sujud, di waktu lapang, dan ketika orang sedang melakukan saum. Dengan begitu, pada waktu yang sama, siswa juga sekaligus diajak membiasakan disiplin melaksanakan salat wajib, dan bahkan belajar melakukan salat malam serta saum sunat seperti dicontohkan Rasulullah.

Untuk memberikan argumentasi dan keyakinan pada siswa, mulailah diberi tambahan pengetahuan, khususnya tentang cara-cara melakukan doa yang baik, seperti doa yang dilakukan setelah salat wajib dan setelah salat malam adalah doa yang paling didengar Allah. Suatu ketika Rasulullah ditanya, "Wahai Rasulullah, manakah doa yang paling didengar Allah?" Rasulullah menjawab, "Doa di tengah malam dan doa setelah salat wajib” (H.R. Turmudzi). Sebab, seperti diriwayatkan Malik-Bukhari-Muslim-Turmudzi, Rasulullah pernah menjelaskan bahwa pada tiap malam, Tuhan turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Lalu Allah berfirman, "Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti akan Ku-kabulkan, dan siapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan Ku-beri, dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku pasti akan Ku-ampuni."

Bersamaan dengan mengemukakan hadis-hadis tersebut, siswa pun dibimbing untuk belajar melaksanakan saum sunat, karena Rasulullah pun mengajarkan bahwa, "Orang yang saum memiliki doa yang mustajab (terkabulkan) pada waktu berbuka (H.R. Imam Abu Daud, dari Abdullah bin Umar).

Siswa juga dibimbing untuk membiasakan diri meminta doa restu dari guru-guru serta orang tua, karena keduanya merupakan pemimpin bagi siswa itu sendiri. Inilah proses pendidikan yang sangat bermakna, bukan saja untuk membimbing sikap optimistis pada saat menghadapi beban ujian nasional, tapi juga untuk bekal menjalani kehidupan yang lebih luas.***

Penulis, guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 34 Bandung.