Thursday, April 5, 2007

SMPN 34 BANDUNG



hUuhhh.....akhirnya kami ngin banget bisa bwat ni blog alhamdulilah akhirnya tercapai juga........anda bisa melihat about smpn 34 bandung yang kami banggakan ini................

(PR).-Meski termasuk sekolah muda, SMPN 34 Bandung mulai tahun ajaran 2005/2006 berhak menyandang predikat Sekolah Standar Nasional (SSN) bersama dengan 10 SMP di Kota Bandung lainnya. Konsekuensinya pihak sekolah berupaya untuk menjaga standar tersebut, apalagi dari segi prasarana dan sarana masih ada yang perlu dibenahi. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala SMPN 34 Bandung, Drs. Een Sobandi, M.Pd. di ruang kerjanya Jln. H. Waas Batununggal didampingi Wakasek Kurikulum, Slamet Riyanto, S.Pd., M.Mpd., Jumat (5/8). "Uniknya di SMPN 34 meski ada 24 rombongan belajar dengan 16 ruang kelas, semuanya bisa sekolah pagi hari," katanya. Een menambahkan, selain SMPN 34 pada tahun ini terdapat tujuh SMP di Kota Bandung yang mendapat SSN yaitu SMPN 1, SMP Taruna Bakti, SMPN 14, SMPN 28, SMPN 3, SMPN 4, dan SMN 7. "Sedangkan pada tahun lalu ada tiga SMPN di Kota Bandung yang memperoleh SSN yakni SMPN 2, SMN 5, dan SMPN 13," jelasnya. Dengan meraih SSN setelah keluar SK Dirjen Dikdasmen No. 960/C3/KP/2005 tertanggal 19 Juli 2005, menurut Een, merupakan penghargaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan bahkan meningkatkannya. "Terdapat delapan standar yang harus dipenuhi untuk mendapatkan SSN yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, biaya, dan evaluasi," katanya. Sedangkan Ketua Komite SMPN 34 Bandung, Jamaludin, S.H., M.Hum merasa bersyukur atas kinerja SMPN 34 yang berhasil meraih SSN meski masih terdapat kekurangan yang harus dibenahi. "Terima kasih kepada orang tua siswa, masyarakat, dan Dinas Pendidikan Kota Bandung yang telah mendukung. Apalagi rata-rata nilai ujian nasional (UN) tahun ini meningkat sehingga peringkat SMPN 34 dari sembilan menjadi delapan," katanya. (A-71)***
34 menjadi kebanggaan bagi kami murid-muridnya yang tinggal di sini di smp 34 bandung yang bravo banget yeach......kami juga para murid bangga dengan kinerja bapak-ibu guru kami ini........anda bisa melihat lebih jauh lagi tentang smpn 34
Memperkenalkan Budaya Baca Lewat Komik Komik dipercaya bisa menjadi alat yang cukup efektif dalam menumbuhkan minat baca anak-anak. Lewat komik, anak diajak untuk berimajinasi. Dan, melalui komik pula anak dikondisikan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Dikatakan Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan FIB UI, Fuad A. Gani, komik bisa dijadikan pintu masuk bagi peningkatan minat baca anak. Dalam penelitiannya terhadap 500 siswa di 50 sekolah di Jakarta, pada akhir tahun 2003, memperlihatkan kecenderungan bahwa 86 persen dari mereka senang membaca komik. Cerita rakyat dan cerita terjemahan lebih diminati dari pada buku pelajaran paket, kata Fuad. Peluang itulah yang kemudian diupayakan Program Bimbingan Anak Sampoerna (PBAS), lewat program Pustaka Kita, Komik Kita, yang dilangsungkan di Bandung. Minggu (17/7/2005), bertempat di Cihampelas Walk (Ciwalk), sebanyak 100 pelajar dari 32 sekolah (SD, SMP) dan 2 panti asuhan di Bandung, menggelar kegiatan Festival Bikin Komik. Mereka memperlihatkan kebolehannya dalam mewarnai dua buah cerita komik di atas bentangan kain sepanjang 64 meter. Hasil karya mereka inilah yang kemudian akan dipotong-potong untuk dijadikan dua buah buku cerita komik berukuran 115x88cm, masing-masing berjudul Tujuh Besar dan V Robot. Kedua buku komik berukuran raksasa itu, dikatakan Chris Maryanto, konsultan PR PBAS Sampoerna, akan dihibahkan kepada Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jabar, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, pada tanggal 23 Juli mendatang. Festival Bikin Komik, yang digelar Minggu kemarin merupakan puncak dari kegiatan Program Pustaka Kita, Komik Kita. Sebelumnya, para siswa
yang tergabung dalam program tersebut diberikan pelatihan membuat komik di bawah mentor dari Majalah Valens dan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMKN 14) sejak tanggal 4-9 Juli 2005.

Sebanyak 100 karya komik akhirnya berhasil terkumpul. Karya-karya itu kemudian dipamerkan di kawasan Ciwalk. Menyaksikan karya komik mereka, berarti pula menyaksikan sebuah kejujuran, kelucuan, kepolosan dan ide-ide yang sulit ditebak. Anak memang memiliki dunianya sendiri. Itulah yang tampak dari karya-karya mereka. Ada yang mencoba memaparkan kondisi sosial yang terjadi. Masalah kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), misalnya tak luput dari sorotan mereka. Atau hal yang konyol dan lucu malah diperlihatkan Fauzan, pelajar SMP Negeri 34 Bandung. Dalam komiknya ia berkisah soal mimpi bersambung. "Saya soalnya pernah mengalaminya. Saya pikir ini bakal cerita yang unik, ya jadinya saya pilih untuk tema cerita," ujarnya. Yang justru konyol malah diperlihatkan salah satu peserta lainnya. Dalam komiknya, ia bercerita soal nyamuk. Pada sebuah hari, seorang bocah digambarkan tengah asyik bermain sendirian di rumahnya. Sayangnya, banyak nyamuk yang seliweran, sehingga membuat si bocah kesal. Lalu, mau tahu apa yang dilakukan si bocah untuk membasmi nyamuk-nyamuk nakal itu? Api disulup dan kemudian rumah itu dibakarnya. Di akhir cerita, ibu si bocah nakal itu memukuli anaknya. Sebuah umpatan kekesalan dilontarkan sang ibu, "Kecil-kecil sudah bakar rumah, apa jadinya kamu nanti." Dikatakan Ketua Koordinator Pelatihan, Mira Rochadi, Anak-anak tidak hanya diajak membuat komik, tetapi juga dibimbing agar bisa menghargai komik karya orang lain. "Membimbing anak untuk mencintai bacaan sebenarnya tidak sulit.

Mereka harus dikondisikan bahwa membaca adalah kegaitan yang menyenangkan," katanya. Selain kreasi membuat buku komik, dalam Festival Bikin Komik juga dilangsungkan kegiatan mendongeng interaktif. Anak-anak diminta untuk menggambar cerita yang didongengkan. Acara tersebut diberkan kepada pengujung Ciwalk. "Mendengarkan dongeng juga bagian dari cara menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak," kata Chris. Berbicara soal Komik, memang asyik untuk ditilik. Kehadiran komik bagi penduduk Tanah Air, tentu bukan merupakan barang baru. Komik Indonesia telah hadir sejak tahun 1930, meski pemunculanpertamanya tampil dalam bentuk komik strip di surat kabar. Adalah Sinpo, sebuah surat kabar Melayu-Cina saat itu, yang memulai memperkenalkan komik. Baru di awal tahun 1950-an, untuk pertama kalinya komik muncul dalam bentuk buku, meski hanya merupakan kumpulan komik strip dari surat kabar Daulat Rakyat. Buku komik yang pertama itu berjudul Kisah Pendudukan Jogja karya Abdul Salam. Gairah perkembangan komik baru memperlihatkan taringnya, seiring kehadiran komik-komik superhero di tahun 1953-1960. Banyak karya komik lokal yang dipengaruhi komik-komik superhero dari barat. Adisoma, misalnya menciptakan tokoh rekaan Jakawana dan ada pula tokoh Sri Asih karya RA Kosasih. Sayangnya, komik-komik di era itu dipandang pemerintah lebih banyak mengumbar aksi kekerasan. Hasilnya, dilakukan razia besar-besaran terhadap komik pada saat itu. Komik-komik itu dibakar karena dianggap berbau kebarat-baratan.

Patutlah dibanggakan bahwa kita pernah memiliki RA. Kosasih, Ganes TH (Si Buta Dari Goa Hantu), Wid NS (Godam) dan Hasmi (Gundala), Hans Jaladara (Panji Tengkorak), dan Djair (Jaka Sembung), Yan Mintaraga atau Taguan Hardjo, salah satu komikus yang terkenal dengan karya-karyanya seperti Hikayat Musang Berjanggut, Keulana, Perompak Lautan Hindia, dan Kapten Yani. Sayangnya, meski banyak bermunculan komik-komik lokal belakangan ini, namun komik-komik dari Jepang masih tetap mendominasi. Anak-anak Indonesia sekarang justru lebih terpikat komik produk luar ketimbang komik dari negeri sendiri. Semoga saja, peluncuran kembali Gundala Manusia Petir, beberapa waktu lalu, bisa menjadi momentum anak-anak zaman sekarang mau melirik kembali karya-karya anak negeri ini.
inilah murid-murid smpn 34 yang berprestasi berasal dari kelas 9F dengan nama kelas yaitu kucing garong community




Event Pasanggiri Rampak Sekar yang digelar dua tahunan ini rupanya banyak mencuri perhatian temen-temen, terutama yang sekolahnya berbasis pendidikan Sunda, kayak SMA Pasundan, SMA YAS. Untuk temen-temen yang tinggal di luar kota seperti Sumedang, Cianjur, bahkan sampai Karawang, enggak usah ditanya lagi lah ya. Ke mana temen-temen yang di SMA negeri ya? Eits, jangan salah. Ada juga koq. Meski enggak mendominasi seperti temen-temen yang disebutin di atas tadi, temen-temen SMAN 3, SMAN 19 juga ikut ambil bagian, lho. Kebalikan dengan temen-temen SMA, adik-adik yang masih pake seragam putih biru justru banyak yang berasal dari sekolah negeri. Lihat aja temen-temen SMPN 14, SMPN 3, SMPN 49, SMPN 34, SMPN 2 Cimahi berebut untuk menjadi yang terbaik di gelaran ini.
Pasanggiri Rampak Sekar alias lomba paduan suara Sunda ini berlangsung selama tiga hari. Hari pertama, Selasa (22/8) lomba khusus untuk adik-adik tingkat SD. Hari kedua, Rabu (24/8) untuk temen-temen tingkat SMP. Sedangkan keesokan harinya, giliran temen-temen SMA yang unjuk kebolehan.
Namanya rampak sekar ya semuanya kudu berbasa Sunda ya. Tak terkecuali MC. Tapi pas belia tanya ke temen-temen dari SMA YWKA, apa arti dari lagu yang mereka nyanyikan, mereka enggak langsung jawab. “Euh... Apa ya? Mm, kalau enggak salah sih yang ‘Hidup Baru’ tuh tentang ngeberantas orang-orang yang serakah. Kalau yang ‘Handapu Juang’ isinya tentang semangat juang,” ujar Deni dan Eko terbata-bata. Sama kayak mereka, temen-temen dari SMAN 5 Karawang juga enggak tau persis apa makna dari lagu yang mereka nyanyikan. “Keindahan langit waktu sore atau apalah gitu,” kata Intan malu-malu.
Wajar sih, kalau mereka enggak tau banget makna dari lagu yang dinyanyikan. Kebanyakan dari peserta yang ikutan emang bukan berasal dari ekskul Sunda, melainkan “cabutan” dari temen-temen ekskul paduan suara. Tapi temen-temen dari SMA YAS yang dapet pelajaran tentang kebudayaan Sunda, pasti tau artinya.
Ruangan aula yang bernuansa oranye (banyak peserta berkebaya oranye—red) mulai meriah ketika SMAN 1 Sumedang tampil di atas pentas. Dengan kebaya warna pink genjreng, mereka memukau penonton dan juri dengan suara yang indah. Apalagi pas seorang maju untuk nyanyi solo. Keren, berasa ada di tengah-tengah prasmanan gitu. Hehehe... Pokoknya, dari awal acara sampai beres, belia terhanyut oleh nuansa Sunda. Padahal mah, cuman dengerin lagu-lagu Sunda doang. Ditambih sareng timbel, lauk asin, lalaban, pleus sambel tarasi, sigana mah raoseun pisan nya? Satuju? ***
pemenang Pasanggiri Rampak Sekar XVIII
Tingkat SMP
Juara 1: SMPN 1 Banjaran
Juara 2: SMPN 34 Bandung




Assalam Bandung bu Ida R, putri dari Budayawan Sunda, Mang Koko, hadir sebagai Kordinator Juri tahuHehehe... Pokoknya, dari awal acara sampai beres, belia terhanyut oleh nuansa Sunda. Padahal mah, cuman dengerin lagu-lagu Sunda doang. Ditambih sareng timbel, lauk asin, lalaban, pleus sambel tarasi, sigana mah raoseun pisan nya? Satuju? *** Pemenang Pasanggiri Rampak Sekar XVIII Tingkat SMP Juara 1: SMPN 1 Banjaran Juara 2: SMPN 34 Bandung Juara 3: SMPn ini dan memutuskan untuk juara dikategori SD adalah, SD Pelita sebagai juara pertama, Adetex sebagai juara kedua, dan juara ketiga dipegang SD Tikukur. Sedangkan untuk kategori SMP, juara ketiga adalah SMP Assalam, disusul SMP 34, dan SMP 1 Banjaran peraih juara satu. SMP 3 hadir sebagai juara Favorit.Adanya Pasanggiri Rampak Sekar, diharapkan mampu ikut melestarikan budaya Sunda dan mengenalkan pada generasi muda kesenian yang ada didalamnya, sehingga tumbuh kecintaan dan minat yang sama bahkan lebih pada kesenian sunda dibanding seni modern lainnya.Sementara itu, di koridor Aula Barat, terdapat papan berisi penjelasan kesenian tradisional sunda yang dikemas semenarik mungkin, diantaranya tentang Lais, Angklung, Calung.






semuanya mari kita berkunjung ke smpn 34 bandung yang indah dan penuh dengan semangat belajar murid-murid smp kami